Rabu, 07 Juli 2010

SEPENGGAL KISAH KECIL YANG PERTAMA : Ketika Raimuna Cabang Klaten XI Tahun 2007

Aku dan teman-teman sampai di bumi perkemahan Kepurun yang bertempat di Manisrenggo, Klaten. Hari itu, Senin 2 Juli 2007, merupakan hari pertama dari serangkaian acara selama enam hari perkemahan, atau dalam rangka Raimuna Cabang Klaten XI. Raimuna adalah acara perkemahan yang diselanggarakan secara rutin, salah satunya Raimuna Cabang, raimuna (perkemahan) yang diselenggarakan oleh pramuka tingkat cabang (setara dengan kabupaten) dan Raimuna Cabang ini diadakan setiap empat tahun sekali. Raimuna Cabang ini merupakan yang kesebelas kali di Klaten. Aku dan teman-teman terpilih untuk mewakili kontingen SMA Negeri 1 Karanganom, Dewan Ambalan Diponegoro dan Nyi Ageng Serang, tepatnya Gugus Depan XI.10.15.001/002.
Berawal dari sepucuk surat mandate dari Ka Kwarcab (Kepala Kwartir Cabang) yang saat itu dipegang oleh Drs. Anang Widayaka, yang memberi perintah kepada SMA dan setingkatnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu . Asal tahu saja, ternyata beliau itu teman ayahku waktu ayahku masih nekerja sebagai anggota Komisi C DPRD tingkat II Klaten. Ayahku merupakan anggota DPRD hasil pemilihan umum tahun 1997. Tetapi, untuk sekarang tidak lagi. Ayahku tidak terpilih lagi untuk periode selanjutnya. Dan juga kebetulan Ayahku tidak ingin lagi menjadi anggota DPR atau orang politik karena ternyata politik itu sangat kotor dan licik.
Kembali ke permasalahan, surat mandat itu diberikan oleh Ka Kwarcab ke sekolah dan diterima oleh Bapak Wardoyo ,S.Pd. yang saat itu sedang menjabat sebagai Ka Gudep (Kepala Gugus Depan) SMA Negeri 1 Karanganom. Selanjutnya beliau memberikanb mandate tersebut kepada temanku, Isty Martaningtyas yang saat itu menjabat sebagai Pradani I Dewan Ambalan Nyi Ageng Serang. Suatu hari dia memberitahukan kepadaku yang saat itu aku sedang menjabat sebagai Pradana II Dewan Ambalan Diponegoro. Dia tidak memberitahukan kepada Pradana I Dewan Ambalan Diponegoro karena memang dia tidak suka bekerja sama dengan Pradana I, yang saat itu dipegang oleh temanku juga, Anton Sulistyo. Kemudian aku dan dia berpikir untuk mencari teman-teman yang lain karena dibutuhkan sebelas laki-laki dan sebelas perempuan. Akhirnya aku dan sia memilih Vandy Ahmad Yanuar Firdaus, Yanuar Satria, Anton Sulistyo, Danang Setyawan, Irfan Pasetya, Rizky Elyana, Muhammad Eko Nugroho, Agung Sagoro, Ansyahrul Darussalam, dan Hendy Festyawan. Dua orang terakhir masih kelas XI, sementara yang lain sudah kelas XII. Sementara untuk sannga perempuan, dipilh Arum Setyo Mestuti, Ratna Widyaning, Prima Dewi Kusumawardhani, Nur Marhamah, Mariska Asmaranita, dan Ambar Kusumawati. Ada suatu masalah. Untuk sannga perempuan, anggota belum mencukupi. Tetapi, aku dan Isty tetap mencarinya untuk mencukupi persyaratan jumlah anggota dalam satu sangga.
Setelah mereka dipilih, mereka dikumpulkan untuk membicarakan siapa yang berhak memegang posisi pimpinan kontingen (pinkon). Akhirnya, aku sendiri yang dipercaya untuk mengemban amanah sebagai pimpinan kontingen untuk sannga laki-laki. Sementara pimpinan kontingen untuk sangga perempuan dipegang oleh Isty.
Setelah tahap pembentukan sangga selesai, tahap selanjutnya adalah memikirkan dan mencari waktu dan juga mekanisme pelatihan, karena waktu yang digunakan untuk latihan hanya menyisakan satu bulan. Waktu yang tergolong sedikit untuk melaksanakan latihan.
Tetapi, ada suatu masalah lagi. Waktu itu, agenda sekolah sudah diumumkan. Pertama, kemah bhakti yang diadakan di Wonogondang, Sleman pada tanggal 20 Juni 2007-22 Juni 2007. Waktu pembentukan sangga itu sebenarnya adalah waktu untuk persiapan kemah bhakti. Kedua, sebelum itu ada ujian semester genap kenaikan kelas. Ketiga, liburan minggu pertama digunakan untuk liburan wisata ke Pulau Bali oleh siswa-siswi kelas XI yang naik ke kelas XII. Aku memilih untuk tidak ikut wisata tersebut karena beberapa alas an juga. Selain karena tidak mempunyai cukup uang untu bekal wisata, aku juga harus meluangkan waktuku untuk persiapan mental dan penyusunan rencana latihan. Selain itu, aku juga harus memilih dan membagi lomba-lomba yang akan diadakan di Raimuna Cabang kepada teman-teman karena lomba ynag diikuti cukup banyak tetapi cukup dilakukan oleh sebelas orang.
Masalah pertama dapat diatasi dan dilewati. Persiapan kemah bhakti sambil menyusun rencana dan latihan. Masalah kedua, ujian semester genap kenaikan kelas. Kami harus fiokus dan konsentrasi untuk meningkatkan prestasi kelas kami. Sehingga semua kegiatan kami tinggalkan untuk sementara waktu menghadapi ujian semester genap . Masalah ketiga, wisata ke Bali. Sebagian besar dari kami mengikuti wisata tersebut. Ini menyebabkan kami kehilangan waktu yang sangat penting untuk latihan.
Setelah semua masalah dapat terlewati, waktu menyisakan satu minggu menuju Raimuna Cabang. Aku merencanakan dalam waktu satu minggu tersebut aku dan semua teman peserta Raimuna Cabang untuk berkumpul karena memang kami kehilangan cukup banyak waktu untuk latihan. Tetapi, hanya tiga kali yang berhasil. Dan di antara tiga kali pertemuan itu, hanya pertemuan hari terkhir yang maksimal, yaitu tepat sehari sebelum Raimuna Cabang itu digelar.
Ketika masa latihan itu, muncul beberapa masalah lagi. Beberpa temanku tidak diijinkan untuk mengikuti Raimuna Cabang karena alasan kesehatan yang kurang mendukung, nilai pelajaran yang menurun, dan sebab lainnya. Mereka adalah Yanuar Satria, Arum Setyo Mestuti, dan Ratna Widyaning. Kami sempat kesulitan mencari pengganti mereka. Dalam waktu yang mendesak, akhirnya kami mendapatkan pengganti yang tidak megecewakan juga, mereka adalah Tony Tri Ariyana, Lia Ullynuha, Tatit Rhety Hasanah, Laili Rahmawati, dan Rizky Aji Mahanani. Karena pergantian anggota, lomba pun juga harus diatur ulang kembali. Setelah semua beres, latihan pun dilaksanakan dalam waktu yang sempit.
Pagi itu pun tiba. Senin, 2 juli 2007 semua bersiap diri dan mental. Rangkaian acara enam hari itu sangat berat dan juga mengesankan bagi kami. Terutama bagiku. Karena aku merupakan peserta yang mengikuti lomba paling banyak,yaitu telling story, atur pambagyo harjo, dan karya tulis ilmiah serta lomba cerdas tangkas pramuka (LCTP). Tetapi, di luar rencana, aku juga ikut commando corps (CC). Selain itu, aku juga menjadi Pak RW/Ketua RW (sebutan untuk ketua wilayah di perkemahan) di RW 04, lokasi tendaku. Sebagian dari targetku tercapai.
Pertama, telling story. Ada tiga tema, di antaranya “Asal Mula Kota Klaten”, “Ki Ageng Pandanaran”, dan “Yaqowiyyu” (sebuah acara besar dalam bentuk sebaran apem-sejenis roti, setiap hari Jumat di bulan Shafar, bertempat di Jatinom, dekat makam Ki Ageng Gribig). Dalam surat mekanisme lomba tersebut dijelaskan, peserta maju dengan pemberian tema secara spontan dan tanpa teks. Jadi, aku harus mempersiapkan dengan matang. Ketika latihan, aku mencari bahan yang berisikan tiga tema tersebut. Awalnya, aku hanya mendapatkan dua tema, yaitu “Asal Mula Kota Klaten” yang ku dapatkan dari pinjam buku di perpusatakaan daerah Klaten dan “Yaqawiyyu” yang ku dapatkan dari buku temanku, Laili Sulhiyah. Untuk yang tema “Ki Ageng Pandanaran”, aku sudah berusaha untuk mencarinya tetapi susah ditemukan. Tiba-tiba, temanku yang bernama Robiah Uswatun Hasanah memberiki tema itu. Jadi lengkap sudah, tetapi dalam bahasa Indonesia. Pekerjaan selanjutnya adalah membuat cerita tersebut menjadi bahasa Inggris. Aku memilih untuk membuat tiga cerita tersebuat ke dalam bahasa Inggris dengan kemampuanku sendiri karena jika nanti ditranslate dengan menggunakan computer, akan terdapat kejanggalan dalam kalimat karena sisten penterjemahan computer yaitu system per kata. Selain itu juga untuk mengasah kemampuanku berbahasa Inggris. Setelah selesai menerjemhakn ke dalam bahasa Inggris, Aku memahaminya dan menghapalkannya. Ya, semua tema harus ku pahami dan ku hapalkan agar aku bias berlomba dan bercerita dengan luwes. Aku terus berlatih dan berdoa agar targetku tercapai. Sampai pada hari kedua, Selasa 3 Juli 2007,. Aku beranjak dari tenda padi itu, tenda nomor kavling 20 RT II RW 04 ke tempat lomba, yaitu di aula/joglo utama buper Kepurun. Tempat itu adalah tempat yang pernah aku pakai untuk mengikuti lomba khitobah ketika aku masih SMP dan mengikuti Perkemhan Pembinaan Rohani Islam (Perbinaris) pada tanggal 10 September 2004 sampai dengan 12 September 2004. Aku mendapatkan nomor undian 09. Biasanya aku kurang bersahabat dengan anka ganjil. Tetapi, aku tetap focus. Ketika semua berkumpul di ruangan lomba, mereka masih saja menghapal. Bagiku, waktu sebelum lomba dimulai bukan lagi waktu untuk latihan tetapi waktu untuk menguatkan mental agar siap berlomba. Seharusnya, latihan sudah dilakukan rutin jauh hari sebelum lomba. Aku mencoba untuk tidak nervous meskipun juga sebenarnya aku nervous. Aku juga berdoa dan mencoba menenangkan diriku. Nomor undian demi nomor undian dipanggil., peserta demi peserta maju. Akhirnya, sampailah ke nomor 09, nomor dan waktu aku harus maju. Aku maju sambil berdoa. Mengambil undian dan aku mendapatkan tema “Ki Ageng Pandanaran”, tema yang aku peroleh dari salah seorang temanku, Robiah Uswatun Hasanah. Setelah itu, aku mulai berjalan kea rah depan microphone, dan berdiri di hadapan para juri lomba telling story. Aku mulai bercerita dan berusaha untuk seluwes mungkin dan menarik simpati dari kalangan juri dan peserta lainnya agar aku mendapatkan nilai yang bagus. Caranya yaitu dengan berinteraksi sedikit-sedikit dengan para juri dan peserta. Ketika itu, ada hubungan balik dari para juri dan peserta lainnya. Pikirku, bagus sekali. Aku pasti mendapat nilai bagus karena mereka paham tata bahasaku dan menanggapinya. Aku bercerita tidak sampai pada batas minimali, yaitu 15 menit. Aku hanya bercerita sekitar 8-10 menit. Setelah selesai, aku langsung kembali ke tenda untuk ganti baju. Asal tahu saja, aku tidak memakai seragam pramuka dan ID card milikku sendiri karena aku adalah pinkon yang seharusnya tidak boleh mengikuti lomba.
Kedua, lomba atur pambagyo harjo. Ada tiga tema juga, yaitu “Selapanan” (35 hari kelahiran bayi), “Pasrah Temanten” (memasrahkan pengantin), dan “Kesripahan” (meninggal dunia). Karena mekanisme lomba sama dengan lomba telling story bahasa Inggris, maka persiapan yang aku lakukan juga sama. Yaitu, mencari bahan tiga tema tersebut dan selanjutnya menghapalkannya. Aku mendapatkan tiga tema tersebut dari ayahku karena ayahku sering sekali dan bahkan langganan dimintai orang-orang untuk melakukan atur pambagyo (sejenis pidato, dalam bahasa jawa). Jadi, aku tidak repot untuk mendapatkannya. Tetapi, aku justru repot menghapalkannya karena memakai bahasa jawa kuno yang sulit diucapkan, dihapalkan, dan dipahami. Tetapi, aku tetap berusaha memahami dan menghapalkannya. Akhirnya, aku bisas memahami dan menghapalkannya. Waktu pun tiba. Tempat pelaksanaan lomba pun juga sama dengan tempat loma telling story bahasa inggris. Aku mendapatkan nomot urut 16. Itu nomor urut hampir terkhir. Ketika berkumpul, aku bertemu dengan perwakilan dari DKR (Dewan Kerja Ranting) Karanganom Brodonoyo, Mas Teguh. Aku sempat rendah diri karena dia merupakan yang tertua, sudah kuliah, dan berpengalaman tinggi. Tetapi, dia berkata bahwa DKR itu hanya partisipan yang tidak dinilai setiap lombanya meskipun mereka ikut. Lomba. Aku agak merasa lega. Nomor demi nomor dipanggil, peserta demi peserta maju untuk berpidato. Sampai akhirnya pada nomor 16. Itu berarti aku harus maju. Aku maju sambil berdoa dan menenangkan emosiku karena aku masih agak merasa rendah diri. Aku mendapatkan tema “Kesripahan”. Ternyata benar. Aku sudah melakukan kesalahan sejak awal. Aku tidak mengatakan dan mengucapkan penyapaan waktu berpidato dengan tema itu. Aku jadi tidak fokus dan kurang percaya diri. Hapalanku sampai hampir berantakan. Dan, itu mengakibatkan aku hampir lupa ketika aku sudah berpidato sampai pertengahan. Akibatnya, aku berhenti beberapa saat, tetapi tidak lama aku segera mengingatnya, Selesai, aku merasa pesimis dan kembali ke tenda.
Ketiga, lomba karya tulis ilmiah argumentatif. Dari lomba ini, aku menemukan bakat menulisku dan menyampaikan pendapat. Temanya tentang “Pramuka Untuk Masa Depan”/”Revitalisasi Gerakan Pramuka”. Aku mencari bahan dari dua susut. Yaitu, pertama dari sudut teori dan kedua, dari pendapatku sendiri. Untuk yang teori, aku mengambil dari buku sumber yang kupunya. Aku menuliskan sejarah kepramukaan sedunia dan tentang Boden Powell (Bapak Pandu Sedunia). Dan untuk yang pendapat, aku mencoba untuk berpendapat sendiri mengenai tema itu. Setelahaku susun dan aku buat, aku menyelesaikan karya tulis tersebut. Aku berlatih memahami lagi. Dan, hari lomba pun tiba juga. Lomba dilaksanakan oleh dua orang, yaitu aku sendiri dan Anton Sulistyo. Semua peserta menggunakan fasilitas Overhead Proyector (OHP), tetapi kami tidak menggunakannya karena memang kami tidak berlatih untuk itu dan tidak mempunyai transparansi karya tulis itu. Kami hanya memberikan fotokopi rangkap tiga kepada para juri yang juga berjumlah tiga orang. Jadi, kami satu-satunya yang berbeda. Anton membacakan karya tulisnya sedangkan aku yang menjawab pertanyaan dari ketiga juri yang terhormat. Setelah Anton selesai membacakan karya tulisnya, para juri mengajukan pertanyaan, ketidak setujuan, sanggahan, kritik, dll. Aku menjawabnya dengan jawaban yang controversial dan meyakinkan. Aku berbeda dengan peserta lainnya. Aku dapat membalikkan pertanyaan dari juri untuk menyerang kembali juri tersebut dan menjawabnya. Selain itu, aku juga menyampaikan kritik terhadap makalah peserta lain yang rata-rata berpendapat bahwa pramuka itu perlu diubah agar lebih menarik lagi tetapi, perubahan yang mereka usulkan, hampir menghilangkan unsure pokok pramuka itu sendiri. Menurutku, hal itu tidak perlu lagi karena memang pramuka itu sudah sangat menarik dan bermutu tinggi. Selain itu, perubahan yang tidak terkendali akan dapat menghilangkan dasar, tujuan, dan prinsip serta cita-cita pramuka itu sendiri. Jawabanku membuat para juri salut. Sehingga, aku merasa optimis meskipun harus melawan kakak-kakak dari DKR Brodonoyo, Mas Galih dan Mas Haendarjo. Aku mendapatkan nomor urut 12. Setelah maju, aku langsung kembali ke tenda karena hari sudah malam. Selain itu, aku juga sudah merasa agak capek. Ketika itu, aku juga merasa kecewa sekali karena usahaku untuk menambah nilaiku dengan mengajukan pertanyaan dan sanggahan kepada SMA Negeri 1 Klaten dan mengurangi nilai mereka dengan tidak bisa menjawab pertanyaan dariku, gagal karena waktu yang mendesak. Jadi, aku tidak bias melakukan hal itu. Padahal, aku hampir kesal dengan isi karya tulis mereka yang tidak bernutu dan ingin mengubah gerakan pramuka. Sebenarnya itu kesempatan emas. Tetapi, apa boleh buat.
Keempat, lomba cerdas tangkas pramuka (LCTP). Dalam lomba ini, para peserta diuji tentang pengetahuan mereka seputar dunia pramuka dan pengetahuan umum terkini. Dalam LCTP, terbagi tiga tahap. Yaitu, tahap penyisihan, tahap semi final, dan tahap final yang hanya menyisakan empat peserta untuk diambil tiga pemenang. Wakil dari sangga laki-laki adalah aku sendiri, Agung Sagoro, dan Anton Sulistyo. Sementara wakil dari sangga perempuan sekolahku adalah Nur Marhamah, Mariska Asmaranita, dan Ambar Kusumawati. Pembagiannya adalah aku dan Anton menjawa pertanyaan seputar pramuka sementara Agung menjawab pertanyaan seputar pengetahuan terkini. Sebenarnya aku dan teman-teman sudah melakukan persiapan dengan membaca buku dan mengerjakan soal yang diberikan oleh kakak-kakak Dewan Ambalan terdahulu. Dalam babak penyisihan, terus teerang, aku dan teman-teman mendapatkan bantuan jawaban dari kakak-kakak DKR Brodonoyo sehingga aku dan teman-teman lolos ke tahap semi final. Dalam tahap semi final, aku dan teman-temam mendapatkan kesulitan sehingga membuat kami cenderung untuk menyerah dan tidak serius. Dan ini menyebabkan kami tidak lolos ke tahap terkhir yaitu tahap final. Perasaan kecewa pasti ada, tetapi sebelumnya kami juga tidak berharap banyak sehingga kami tidak terlalu kecewa. Kami mengambil manfaatnya saja, selain menambah pengetahuan, kuga termotivasi untuk lebih mengetahui dunia pramuka dan pengetahuan umum. Itulah yang diajarkan oleh Norman Vincent Peale dan Nistains Odop, yaitu segala sesuatu harus diambil dari segi positifnya meskipun bentuknya negative. Kekuatan energi positif sangat besar untuk membantu mengahadapi masalah dan kegagalan serta berubah menjadi lebih baik lagi.
Kelima, Comando Corps (CC). Ini adalah satu-satunya lomba di luar rencanaku. Sebenarnya, aku sudah memilih Vandy, Danang, Anton, Ansayahrul, dan Hendy. Tapi, pagi itu, pagi pada hari terakhir kegiatan sebelum lmba commando corps dimulai, wakil ketua yaitu Vandy, berbicara denganku dan memintaku untuk ikut serta dalam lomba tersebut karena nanti aku digunakan untuk menjawab soal-soal yang berkaitan dengan pramuka dan pengetahuan umum. Aku menggantikan Danang dan dia giliran untuk mengurus tenda saja karena dia cukup berbakat dan pandai dalam hal kebersihan dan rumah tangga. Akhirnya, aku dan Danang serta teman-teman yang lain mencapai kesepakatan untuk itu. Sementaradalam hal rintangan dan permainan dipercayakan kepada Vandy karena memang dia pandai dalam hal itu dan dia juga merupakan anak Pecinta Alam (PA). Untuk Ansyahrul dan Hendy, mereka masih kelas X (naik ke kelas XI waktu itu), tetapi teman-teman yang lain memilih mereka dengan alasan agar mereka dapat belajar lebih banyak dan mempunyai pengalaman yang lebih dari teman-teman mereka karena mereka berdua adalah kader yang kami siapkan. Waktu urus diri pun tiba. Terus terang, aku dan teman-teman hanya sarapan roti saja. Padahal, kami tahu kalau kami harus menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan , sekitar enam sampai tujuh kilometer. Dan memerlukan waktu dari pagi hari sampai sore hari. Selanjutnya ada perintah untuk berkumpul di lapangan utama. Kami telah siap, membawa perlengkapan dan bekal secukupnya serta yang diperlukan , dengan mengenakan kaos seragam lapangan Dewan Ambalan kami yang berwarna hijau. Ketika berkumpul, kakak dari Sangga Kerja (Sangker)-yang merupakan panitia acara itu, memberi sinyal untuk bersiap-siap menerima kode Semapore sebagai petunjuk dalam perjalanan nanti. Setelah senua soiap, kakak dari Sangker itu memberi kode Semapore dan terbaca! “Telusurilah tanda kuning di atas tanah! Get Up!”. Begitu kodenya. Setelah menjawab kode, kami berangkat dan mendapatkan peringkat empat. Comando Corps ini dibagi menjadi beberapa pos, yaitu pos utama menjawab soal tentang kepramukaan dan pengetahuan umum, pos kompas bidik, pos Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), pos haling rintang, dan pos penambahan waktu. Selama dari pos utama sampai pos kompas bidik, dihitung kecepatan waktu untuk menambah nilai. Selebihnya, waktu tidak dihitung. Kami berlima pun berangkat dengan diberi semanagat dari sangga perempuan sekolah kami. Kami berlari untuk mengejar sangga di depan kami dan juga untuk mendapatkan waktu yang cepat agar nilai kami bisa lebih. Tetapi, kami tidak bias mengejar mereka. Sampailah kami di pos menjawaba soal. Kami dapat menjawab soal dengan cepat sehingga pemberangkatan kami yang semula peringkat empat menjadi peringkat tiga. Ini membuat kami dapat menyingkat waktu. Lalu, kami bergegas dan berlari menuju pos selanjutnya, yaitu pos kompas bidik. Setelah sampai, kami merasa lega karena peringkat kami berada di peringkat tiga. Di pos ini, giliran Vandy untuk bertugas. Kami diberi soal yang berbentuk angka derajat. Vandy duberi kompas bidik dan ditentukan tempat berpijaknya untuk kemudian mengukur angka derajat pada soal dari tempat berpijak itu. Dari tempat itu, Vandy membidik sesuat sesuai dengan yang diminta soal. Benda apa saja yang dibidik. Kami pun selesai mengerjakan. Kami melanjutkan ke pos selanjutnya, yaitu pos Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), dengan berjalan santai karena memang waktu suudah tidak dihitung lagi. Kami melewati area persawahan yang indah. Karena saking santainya, kami mendapatkan masalah. Kami tidak melihat tanda yang menhisyaratkan untuk berbelok sehingga kami tersesat. Akhirnya, kami dibantu sangga di belakang kami, sangga dari SMA Negeri 1 Polanharjo. Jadi, kami hanya tersesat sedikit. Setelah mereka menolong kami, kami berterima kasiah dan meminta mereka untuk mendahului kami. Tetapi, rasa kekeluargaan mereka sangat besar, mereka justru meminta untuk berjalan bersama kami. Kami semua bercanda bersama, kebetulan mantan guru fisika mereka, Bapak Drs. Agus Sukamto, MM., baru saja diangkat menjadi Kepala Sekolah kami. Setelah berjalan beberapa waktu, kami sampai di pos P3K. Di ps tersebut, kami diberi suatu permasalahan kecelakaan seseorang yang jatuh dari tebing tinggi dan salah satu anggota geraknya mengalami patah tulang dengan kaki kanan digigit ular. Kami pun haruds membuat drag bar atau sejenis tandu dan mengikat luka sekitar gigitan ular agar racun tidak menyebar dan memberi plat kayu papan untuk tangannya yang patah. Setelah itu, kami mengangkat dan mengevakuasi korban, dan selesai. Di pos tersebut, kami juga menyempatkan untuk shalat dhuhur karena pos tersebut bertempat di sebuah Sekolah Dasar (SD) yang terdapat mushalla. Setelah selesai, kami berangkat ke pos halang rintang. Kami berangkat sendiri karena sangga SMA Negeri 1 Polanharjo sudah mendahului kami karena memang itu yang kami minta. Setelah beberapa waktu berjalan, kami sampai di pos halang rintang. Ada dua macam halang rintang, yaitu jarring laba-laba dan repling. Aturan main jarring laba-laba adalah lima peserta harus masuk ke lubang atau jarring dengan lubang dan besar yang berbeda. Kami dapat melewatinya. Selanjutnya adalah repling. Ini tidak masalah bagi Vandy dan Anton karena mereka anak Pecinta Alam (PA). Namun tidak bagiku, Ansyahrul, dan Hendy. Vandy dan Anton melakukan repling terlebih dahulu karena mereka memang tahu bagaimana cara repling. Sedangkan aku, Ansyahrul, dan Hendy harus diajari terlebih dahulu oleh kakak Sangker, bagaimana cara memakai dan menalikan tali, bagaimana posisi tubuh yang benar ketika repling, dan bagaimana cara menurunkan badan ketika melakukan repling. Setelah mendapatkan pengarahan dari kakak Sangker, kami bersiap untuk melakukan repling. Sebenarnya aku sempat takut karena belum pernah melakukan repling, menuruni tebing dengan dasar sungai dengan jarak yang cukup tinggi, sekitar enam meter. Tetapi, aku berhasil mengatasi rasa takutku. Aku dapat menyelesaikan dengan cukup bagus sebagai tahap pemula. Tetapi, aku mendapatkan sedikit masalah ketika aku turun baru setengah perjalanan. Aku hampir kehilangan kendali dan aku sedikit berputar-putar dan lenganku membentur sisi tebing. Jadi, sikuku sedikit lecet dan berdarah. Aku sempat diejek oleh Anton, dia senang melihatku berpetualang terutamam ketika melakukan repling karena dia tahu kalau aku adalah tipe anak yang jarang bermain, selalu di rumah, dan jarang melakukan hal-hal aneh seperti itu. Setelah pos halang rintang, kami berjalan kembali menuju Bumi Perkemahan. Kami menyusuri sungai yang terdapat banyak sekali bebatuan. Tidak berjalan jauh, kami pun sampai di Bumi Perkemahan pada pukul 14.30 WIB setelah berangkat pada pukul 08.00 WIB. Kali sangat kelelahan dan aku mendapatkan luka di siku kiriku ketika melakukan repling. Setelah sampai, aku diobati oleh Nur Marhamah, anggota sangga permpuan SMAku. Dan setelah beristirahat beberapa menit, aku mandi di kamar amndi masjid Bumi perkemahan. Setelah selesai mandi, aku mendengar suara adzan, itu artinya waktu shalat ‘Ashar tiba. Lalu, aku shalat ‘Ashar. Setelah selesai, aku bersantai bersama teman-teman. Aku mengenakan kemeja paddock Valentino Rossi, pembalap MotoGP favoritku, berwarna kuning dan penuh logo-logo sponsor Camel Yamaha Team. Aku beristirahat karena memang acara sudah hampir selesai dan bebas. Hari itu hari terakhir dari seluruh rangkaian acara enam hari Raimuna Cabang XI. Dan aku merasakan suatu hal… Hal yang lain dan aneh…

1 komentar: