Jumat, 09 Juli 2010

SEPENGGAL KISAH KECIL YANG KEDUA : Kebesaran Hati dan Sportifitas

Sore itu, setelah pulang dari perjalanan melelahkan Comando Corps, aku dan teman-teman berkumpul bermain dan bercanda bersama di tenda sangga perempuan kami karena waktu itu bebas. Aku merasa bosan karena melakukan rutinitas dari hari pertama sampai hari keenam. Bangun pagi, urus diri, senam, apel pagi, kegiatan lomba dan sosialisasi sampai sore hari, apel sore, urus diri, kegiatan malam, dan tidur pada hampir tengah malam. Seperti itu berulang terus menerus selama satu minggu.
Selain itu, aku merasa homesick, kangen dengan keluargaku di rumah, terutama ibuku. Tetapi, rasa kangen itu agak terobati dengan adanya teman-teman yang selalul menghibur.
Ketika itu, aku merasa ada hal lain yang aneh. Selain kangen keluargaku, aku juga kangen dengan seseorang. Selain rasa kangen, rasa lega juga yang ku rasakan karena hari itu adalah hari terkhir dan sudah tidak ada kegiatan yang menguras tenaga dan pikiran lagi. Tetapi malam hari terakhir diadakan kegiatan Padma Birawa Night atau Malam Kelurahan Putri (Padma) dan Putra (Birawa). Itu merupakan malam penutupan sekaligus malam pengumuman juara-juara lomba. Kami semua tinggal menunggu acara itu.
Sampai pada pukul 20.00 WIB, acara Padma Birawa Night dimulai. Semua peserta berseragam pramuka lengkap dan kakak pendamping sangga berkumpul. Pendamping kontingen sekolahku adalah Bapak Wardoyo, S.Pd., Bapak Nugroho Tri Winarso, S.Pd, Bapak Aris Yunanta, S.Pd, dan Bapak Yulianto, S.Ag. Semuanya bersenang-senang menikmati acara malam itu, kecuali aku. Awalnya, aku memilih menyendiri di tenda, seperti yang ku lakukan ketika malam tiba, ketika semua anggota sangga ikut kegiatan dan ada yang main ke tenda DKR Bodronoyo. Tetapi, salah satu temanku mengajak untuk bergabung ke acara Padma Birawa Night itu. Ya, aku turuti saja meskipun dengan perasaan malas. Acara demi acara terlewati dan sampai pada pengumuman para juara lomba. Dan…, aku mendapatkan Juara II untuk Lomba Telling Story dan Juara III untuk Lomba karya Tulis Argumentatif. Sedangkan untuk sangga perempuan SMAku, mereka mendapatkan Juara II untuk Lomba Memasak Kreatif dan Juara III untuk Comando Corps. Syukur Alhamdulillaah… Aku merasa sangat bahagia karena sebagian dari targetku terpenuhi, mendapat peringkat di dua lomba dari lima lomba yang ku ikuti, meskipun tidak juara I.
Aku merasa sangat bahagia. Tetapi tidak untuk hal ini. Ketika penyerahan piala Juara III Karya Tulis Argumentatif, ketika aku akan maju untuk menerima piala kebanggaanku yang juga hasil jerih paayahku, ternyata di podium sudah ada Irfan yang menerima piala itu. Terus terang, aku merasa sakit hati. Itu adalah pialaku, hasil jerih payahku, menagapa dia orang pertama yang memegang hasil jerih payahku? Aku sungguh tidak rela. Kemudian, untuk juara II Telling Story, aku sendiri yang menerimanya. Setelah semua menerima piala, acara dilanjutkan dengan penutupan, menyanyi, dan tentu saja pesta. Yang menjadi juara umum waktu itu adalah SMA Negeri I Klaten yang berhasil meraih tropi piala sebanyak dua puluh tiga piala. Tidak hanya itu, mereka pun berhak menerima tropi piala bergilir dari Bupati Klaten.
Ketika acara hampir selesai, SMA Negeri I Karanganom, yaitu kami, memisahkan diri dari kumpulan semua peserta Raimuna Cabang itu dan memilih untuk menyendiri ke tenda Dewan Kerja Ranting Bodronoyo bersama dengan para partisipan dari Dewan Kerja Ranting Bodronoyo dan juga para kakak pendamping. Kami semua mengadakan pesta sendiri di tenda itu yang letaknya agak jauh di samping joglo yang juga merupakan tempat utama pesta Padma Birawa Night. Ketika melewati rombongan SMA Negeri I Klaten, teman-teman terlihat sinis sedangkan SMA Negeri I Klaten terlihat sangat bergembira dan berbahagia, bahkan sampai ada yang menangis histeris. Teman-teman SMA Negeri I Karanganom tidak menyalami mereka. Tetapi, ketika aku melewati rombongan mereka yang sedang sibuk menimang-nimang piala-piala mereka, aku sempatkan diriku untuyk mampir beberapa detik hanya untuk sekedar mengucapkan selamat dan berjabat tangan dengan beberapa orang dari mereka, termasuk Ananda Putu Arta yang waktu itu menjadi Pimpinan Kontingen SMA Negeri I Klaten dan juga temanku ketika kami duduk di bangku SMP Negeri I Delanggu. Aku suka menerapkan sportifitas, baik kalah maupun menang.
Acara pesta dimulai. DKR Bodronoyo memasak sate kelinci. Sementara teman-teman yang lain bermain, bercanda dan bersuka cita merayakan beberapa tropi piala. Tetapi tidak untuk aku. Ketika itu aku hanya duduk diam menerawang jauh ke langit. Tiba-tiba, kakak Muhammad Solikhin yang akrab dipanggil dengan panggilan Bang Mamad menyapaku. Dia menanyakan mengapa aku sediam itu padahal aku jarang sediam itu. Aku pun tidak mengaku sampai akhirnya aku mengaku karena dia seperti ingin tahu apa yang terjadi di pikiranku.
Aku mulai bercerita kepada dia. Jujur, aku tidak rela. Aku yang berusaha keras mendapatkan piala itu tetapi menagpa teman-teman yang berbahagia dan bergembira. Mereka ikut senang dengan membawa-bawa dan mencium-cium tropi piala itu. Aku saja yang mendapatkannya tidak seperti itu. Selain itu, mereka juga tidak mengucapkan selamat pada diriku yang telah mendapatkan dua dari emapt tropi piala itu, kecuali Vandy yang memang dia mengerti aku. Bang Mamad pun tersenyum. Dia menjelaskan, itulah pelajaran mengenai kebesaran hati yang berharga. Mereka tahu bahwa itu sebenarnya hasil jerih payahku. Mereka sebenarnya juga bangga kepadaku. Tetapi, mereka tidak mengatakannya. Selain itu, semua orang pun sudah tahu kalau kedua tropi pialaku itu adalah hasil jerih payahku tanpa aku harus mengatakannya kepada mereka. “Jadi jangan berbicara sekata pun ketika kamu tidak diminta dan diberi waktu untuk berbicara tentang kemenanganmu. Namun, berbicaralah banyak kata ketika kamu diminta dan diberi waktu untuk berbicara tentang kekalahanmu.” Dia mengajarkan hal itu kepadaku dan ku terima dengan baik. Akhirnya aku dapat memahami semuanya.
Tepat waktunya dengan sate kelinci yang sudah matang bersamaan dengan berakhirnya perbincangan soal kebesaran hati tersebut. Aku hanya makan sedikit karena aku tidak suka dengan daging kelinci. Aku memang tidak suka daging, terutama daging yang diharamkan, daging sapi, daging kambing, dan daging kelinci itu. Setelah semua berpesta dan makan-makan dengan nikmat, pesta di tenda DKR Bodronoyo itu pun selsai. Dan teman-teman kembali ke tenda masing-masing.
Aku dan teman-teman memutuskan untuk berkemas. Lalu aku dan beberapa teman melipat tenda kami. Setelah itu, aku dan teman-teman laki-laki tidur di tenda sangga teman-teman perempuan karena acara sudah habis dan bebas. Aku dan teman-teman laki-laki tidur di depan tenda (halaman) sementara teman-teman perempuan tidur di dalam tenda, jadi kami semua tidur terpisah karena pramuka merupakan gerakan kepanduan yang terpisah. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB dini hari, tepatnya tanggal 8 Juli 2007, hari Minggu. Kami masih bercerita sebelum akhirnya kami tertidur semua.
Fajar yang indah menyambut pagi, suara adzan shubuh menggema, dan ayam jantan berkokok bersahutan. Aku bangun yang pertama dan langsung menuju masjid, tempat semua peserta shalat dan tempat aku bersujud syukur sendirian dengan cukup lama pada tengah malam yang gelap setelah kami mendapatkan beberapa tropi piala. Aku shalat shubuh dan setelah itu kembali ke tenda. Aku membantu teman-teman berkemas sambil menunggu transportasi untuk pulang datang menjemput. Aku juga mengambil pin dan piagam untuk teman-teman di ruang kecamatan. Setelah semua siap, transportasi datang, dan kami pulang. Sampai di SMA Negeri I Karanganom sekitar pukul 08.00 WIB.
Terima kasih, teman-teman semua. Kalian telah bersedia berusaha dan bekerja keras bersamaku. Itulah hasil kita semua, hasil yang kita capai, hasil kerja keras kita selama liburan dan acara, hasil kerja tim kita. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar