Selasa, 20 Juli 2010

SEPENGGAL KISAH KECIL YANG KEEMPAT : Kesombonganku dan Kelemahanku

Ketika aku tumbuh menjadi orang yang membidangi beberapa organisasi sekolahku meskipun hanya lingkup sekolah, termasuk Syiar Kerohanian Islam dan Dewan Ambalan Diponegoro, aku mendapatkan pujian-pujian meskipun tidak jarang juag aku mendapatkan banyak cemoohan. Tetapi, aku merasa senang dan sedikit kesombongan. Kamu boleh mengatakan banyak kesombongan jika kamu tidak setuju.
Selain itu, aku juga berprestasi di luar sekolah semacam lomba mmeskipun jarang mendapatkan Juara I, hanya Juara II atau Juara III, dan paling maksimal hanya sampai pada tingkay kabupaten dan karesidenan saja.
Aku tahu bahwa aku kurang berprestasi dis ekolah tetapi prestasi-prestasi ku di luar sekolah itu yang membuatku cukup senang. Aku berpikir, aku pandai ketika itu. Bidang organisasi, aku cukup pandai. Bidang agama, aku jug dikatakan teman-teman sebagai ahli. Lomba, aku selalu mendapatkan podium meskipun bukan podium utama. Apapun lombanya, telling story bahas inggris, atur pambagyo harjo bahasa jawa, mata pelajaran agama islam, musabaqah tilawatil quran, kaligrafi, dan mewarnai kaligrafi serta karya tulis. Bukan hanya aku yang mengatakan seperti itu, tetapi teman-temanku juga.
Tetapi, aku sangat bersyukur. Paling tidak Tuhan masih peduli terhadapku walaupun aku banyak berdosa terhadap-Nya. Suatu hari, aku berkumpul bersama teman-temanku ketika itu, kelas XII SMA. Salah satu temanku melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh teman yang lain dan mereka sangat mengaguminya, termasuk aku yang menjadi pengagum itu. Meskipun aku kagum, ada hal lain yang lebih penting dari sekedar kagum. Aku memikirkan, “ Mengapa aku tidak bisa melakukan hal itu padahal iru sangat disukai oleh teman-temanku? Yang kulakukan selama ini seperti tidak berarti meskipun banyak orang bilang hal itu cukup hebat tetapi fakta yang ku lihat teman-teman tidak begitu senang dengan yang ku lakukan, seperti podium di setiap lomba dan organisasi. Meskipun aku tidak mengharapkan pujian, tetapi aku tidak pernah mendapatkan pujian akan hal itu “
Suatu hari lagi, aku bermain dengan teman-temanku lagi. Dan, temanku yang lain lagi melakukan hal yang lain lagi dari temanku sebelumnya dan membuat teman-teman yang lain kagum juga terhadap yang dilakukan temanku tadi. Aku berpikir, “Mengapa aku tidak bias melakukan hal itu.”
Hal seperti itu, tidak aku alami beberapa kali saja, tetapi sering kali di setiap waktu. Terus terang, aku cukup terusik dengan pikiran seperti itu. Aku jadi merasa tidak nyaman dengan perasaan dan pemikiranku seperti itu. Aku tidak tahu mengapa. Setiap kali aku terusik dan terganggu dengan pikiran tersebut, aku sering menghibur diri dengan kesombongan. Aku bisa melakukan hal lain yang tidak bisa mereka lakukan. Aku lebih baik dari mereka. Ketika aku menghibur diriku seperti itu, aku menjadi sedikit tidak terusik lagi.
Tetapi tidak pada suatu hari, ketika aku dekat dengan seseorang yang dulu aku remehkan ketika berada di paskibrata tahun 2005, dia bernama Rodli Abdul Latief. Suatu hari dia melakukan hal yang tidak bisa aku lakukan, dan suatu hari lagi dia melakukan suatu yang bisa aku lakukan!
Aku cukup bingung, mengapa hal seperti itu sering kali hadir di hadapanku? Ada apa di balik itu semua? Aku mencoba berpikir dengan pikiran yang bersih dan matang. Dan akhirnya aku menyadari satu hal. Tidak ada yang perlu ku sombongkan karena aku mempunyai banyak sekali kelemahan.
Aku menyadari bahwa peristiwa semacam itu adalah pemberian dari Tuhan untukku untuk mengingatkanku. Aku sangat bersyukur Tuhan masih mempedulikan diriku meskipun aku jauh sekali dengan-Nya dan banyak sekali melakukan dosa kepada-Nya. Aku menyadari bahwa aku hanyalah seorang yang sangat kecil, seperti debu yang berterbangan yang tidak mempunyai kemampuan yang banyak. Aku sangat lemah, semua yang aku dapatkan tidak boleh aku sombongkan karena yang berhak memakai baju kesombongan adalah Tuhan Yang Maha Besar.
Semenjak itu, aku berpikir bahwa kesombongan adalah tidak berarti, juga yang kumiliki dan kudapatkan. Ada sisi negative dari pemikiranku seperti itu, yaitu aku menjadi anak yang rendah diri. Meskipun aku tidak terlihat rendah diri, tetapi pemikiran seperti itu merasuk dalam otak dan jiwaku. Aku berpikir bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku adalah orang yang payah.
Tetapi ada juga sisi positifnya, yaitu aku menjadi tidak sombong lagi. Selain itu, aku juga terdorong untuk belajar lebih banyak lagi karena banyak hal yang tidak aku ketahui dan tidak bisa aku lakukan. Meskipun sering kali mencoba, tetapi sering kali juga aku gagal. Paling tidak, aku pernah mencobanya dan berusaha.
Beberapa hari aku sempat berada pada kerendahdirianku itu. Tetapi kali ini aku menghibur diriku dengan cara yang lain dari awal tadi. Aku berpikir memang aku tidak bisa melakukan hal yang lain itu. Selain itu, aku juga berpikir bahawa setiap manusia diciptakan lengkap dengan kelebihan dan kekurangan di masing-masing diri mereka, termasuk aku yang mempunyai banyak sekali kekurangan. Tergantung dari individu mereka apakah mereka mau dan bersedia memaksimalkan potensi dan kelebihannya untuk dapat menutupi kekurangannya.
Aku sadar aku sudah menggunakan potensiku meskipun kurang maksimal atau lebih tepatnya belum maksimal. Tetapi aku juga sadar bahwa meskipun aku sudah menggunakan potensi dalam diriku, aku juag masih mempunyai kelemhan dan kekurangan. Dua hal tersebut tidak bisa lepas dari diri seseorang, termasuk aku. Selain itu, aku juga berppikir bahwa aku diciptakan di dunia ini pasti ada gunanya, meskipun hanya sebagai manusia biasa yang kecil sekali.
Salah satu teman baikku, Robiah Uswatun Hasanah, menghiburku ketika aku berada dalam masalah itu. Dia berkata, “ Alloh Subhaanahu Wa Ta’aalaa akan menampakkan kelemahan hamba-Nya jika Dia menghendaki kebaikan untuknya. “
Aku percaya kepadanya, dan juga kepada-Nya. Hal yang terpenting adalah setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan, entah itu sedikit ataupun banyak. Kelemahan dan kekurang itu ada untuk melengkapi kelebihan. Karena seperti akata pepatah “Nobody’s Perfect”. Tidak ada orang yang sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Alloh Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Kelemahan itu ada untuk membuat manusia menjadi lebih baik dengan memperbaiki kelemahan itu. Dan, aku harus yakin bahwa aku bisa menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar