Kamis, 26 Agustus 2010

SEPENGGAL KISAH KECIL YANG KETUJUH : Kegagalan dalam Hidup

Kesuksesan dan kegagalan diciptakan secara berpasangan, seperti halnya siang dan malam, hitam dan putih, baik dan buruk, besar dan kecil, panjang dan pendek, laki-laki dan perempuan, suka dan duka. Berbicara tentang kesuksesan, pasti tidak akan meninggalkan kegagalan. Aku belum pernah mendengar cerita orang sukses yang selalu enak dari awal tanpa berusaha dan tanpa gagal. Manusia yang berusaha keras (ikhtiar), Tuhan yang menentukan karena Dia Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Meskipun Tuhan yang menentukan antara berhasil dan gagal, namun manusia tetap wajib berusaha untuk sesuatu yang menjadi tujuannya tersebut. Bila manusia gagal, Tuhan pasti mempunyai tempat dan rencana lain untuk dia karena bagaimana pun juga, Tuhan Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Kesalahan manusia adalah bila mendapatkan kegagalan, dia sering memvonis dirinya bahwa dia bodoh dan tidak berguna. Bahkan, tidak jarang dia para orang yang gagal, mengatakan bahawa Tuhan tidak adil dan tidak sayang pada diri mereka. Selain ituk dia akan putus asa dalam berjuang lebih lagi. Kegagalan itu telah mengurung dirinya sehingga dia hanya bisa diam di dalam tempurung kegagalannya itu, yang gelap dan tak berguna.
Banyak pepatah yang mengatakan tentang kesuksesan. Di antaranya adalah “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Terus terang, aku hanya mengetahui sedikit maksud dari arti pepatah tersebut. Jadi, maaf kalau pemahamanku berbeda dengan pemahamanmu. Sebelum kesuksesan, manuisa merasakan kegagalan. Ada beberapa alasan.
Pertama, sudah akau sebutkan tadi, bahwa manuisa yang berusaha dan Tuhan yang menentukan. Ada sebuah cerita bagus tentang hal ini. Suatu hari, salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallalloohu ‘Alayhi Wa Sallam pergi untuk menemui beliau untuk suatu kepentingan dan dia naik unta. Kemudian, Nabi Muhammad Shallalloohu ‘Alayhi Wa Sallam menanyakan kepadanya apakah sudah menambatkan dan mengikatkan tali tambatan unta ke pohon atau tiang. Sahabat itu lantas menjawab bahwa dia tidak mengikatkan tali tersebut. Mendengar jawaban seperti itu, Rasulullaah Muhammad Shallalloohu ‘Alayhi Wa Sallam kembali bertanya, mengapa dia tidak mengikatkan tali itu padahal tali tersebut penting untuk menjaga unta tidak lari dan diambil orang lain. Sahabat itu menjawab lagi, bahwa dia sudah pasrah jika unta itu lari atau diambil oleh orang lain. Dia menjawab bahwa dia bertawakkal saja pada Alloh Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Mengetahui jawaban tersebut, Rasulullaah Muhammad Shallalloohu ‘Alayhi Wa Sallam menjelaskan tentang arti pasrah dan tawakkal tersebut. Pasrah bukan berarti tanpa usaha sama sekali. Pasrah bukan berarti hanya berharap pada Alloh Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Pasrah bukan berarti tanpa bekerja terlebih dahulu. Pasrah adalah suatu perilaku yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari usaha. Manusia berusaha terlebih dahulu dan kemudian pasrah menerima keputusan dari Tuhan. Jadi, pasrah adalah suatu tindakan yang juga disertai usaha sebelum kepasrahan itu dilakukan. Setelah menjelaskan arti kepasrahan yang sebenarnya itu, beliau lantas memerintahkan sahabatnya itu untuk menambatkan unta dan mengikat tali unta tersebut agar tidak hilang dan lari.
Kedua, kesuksesan ditentukan oleh waktu yang tepat dan kesempatan yang cepat. Bila kita menggunakan seluruh kekuatan kita dalam waktu yang tidak tepat, mungkin kita tidak akan mendapatkan kesuksesan yang diharapkan. Sebaliknya, bila kita tidak menggunakan seluruh kemampuan kita untuk berusaha di waktu yang tepat, kesuksesan juga tidak akan bisa diraih.
Ketiga, kegagalan adalah sebuah batu loncatan untuk menuju pada keuksesan. Ketika seseorang gagal, dia kan mengetahui kekurangan dan kekuatan serta kemampuan dia dalam berusaha. Dari titik tersebut dia akan mengevaluasi untuk berusaha lebih keras dalam tahapan berikutnya. Finalnya, kesuksesan akan dapat diraih. Ketika seseorang gagal, sebenarnya dia bisa saja sukses waktu itu, namun karena beberapa kemungkinan, dia gagal, seperti kurang maksimal dalam berusaha, waktunya kurang tepat, atau karena Tuhan belum menghendaki kesuksesan untuk dia.
Salah seorang temanku pernah mengatakan bahwa kesuksesan yang setiap hari datang tidak menjamin kebahahagian juga akan datang setiap hari. Selain itu, temanku yang bernama Robiah Uswatun Hasanah tersebut mengatakan bahwa kegagalan tidak pernah diciptakan oleh sekali tindakan yang sifatnya sekali jadi. Masih ada lagi, pada setiap kemalangan, setaip keadaan yang tidak menyenagkan, setiap kegagalan, dan setiap rasa sakit yang dibawanya adalah benih yang seharga dengan manfaat.
Setiap manusia pernah mengalami kegagalan tersebut. Seperti halnya aku. Mungkin, bagimu hal ini tidak berarti, tetapi bagiku, hal ini sangat berarti dan tak akan pernah terlupakan dan ku lupakan. Aku alami dan aku rasakan ketika aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selama dua setengah tahun, aku termasuk anak yang cukup konsisten. Semua nilaiku rata, tidak pernah turun drastis. Aku cukup bersyukur meskipun aku tidak pernah mendapatkan gelar juara kelas, apalagi juara umum.
Ketika kelas satu SMP, aku pernah membuat kehebohan. Nilai ujian tengah semesterku pada mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah sepuluh (10)! Itu nilai sempurna dan tertinggi! Lebih isitmewa lagi karena hanya aku lah satu-satunya siswa yang mendapatkan nilai tersebut. Tetapi, nilaiku yang istimewa itu tidak bisa membuat peringkat kelasku juga bagus, karena aku hanya menduduki peringkat kelas sembilan dari empat puluh siswa. Namun, sayang sekali karena prestasi nilai istimewa dan sempurna tersebut tidak bisa aku ulangi kembali bahkan sampai aku lulus dari SMP.
Seperti biasanya, aku jarang serius pada ujian tengah semester karena ujian tersebut hanyalah sebatas ajang persiapan sebelum ujian semester dilaksanakan, selain itu jga nilai ujian tengah semester tersebut juga tidak masuk dalam rapor pembelajaran, hanya saja ketika semester, nilai tersebut digabung dan dirata-rata dengan nilai ujian semester.
Lain halnya dengan ujian tengah semester itu,. Ketika ujian semester, aku selalu serius. Semester pertama pada kelas satu SMP, aku mendapatkan peringkat empat dari empat puluh siswa. Setelah sekian lama aku berada pada tiga besar, bahkan menjadi juara kelas ketika Sekolah Dasar, aku tersingkir dari tiga besar ketika pertama kali masuk SMP. Aku tidak terkejut karena di Sekolah Dasar (SD) tingkat persaingannya tidak seketat di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Teman-temanku ketika SMP adlah orang-orang yang pintar karena kebanyakan dari mereka adalah juara ketika mereka SD. Maklum, SMP yang aku sekolah di tempat itu adalah salah satu SMP favorit di Kabupaten Klaten dan merupakan SMP Sekolah Standart Nasional (SSN) pertama di Kabupaten Klaten bersama dengan SMP Negeri II Klaten.
Pada ujian tengah semester dua, aku malah tersingkir dari sepuluh besar dan menduduki peringkat tiga belas dari empat puluh siswa. Namun, ketika ujian semester dua, hasil yang aku dapatkan adalah peringkat empat dari empat puluh siswa. Anehnya, nilaiku setiap mata pelajaran adalah sama persis dengan nilai semester pertama. Ya, nilaiki semester dua kongruen dengan nilaiku semester pertama.
Memasuki kelas dua SMP, aku mengalami penurunan, tetai tidak lah begitu drastis. Semester tiga kelas dua SMP aku mendapatkan peringkat empat dan pada semester empat kelas dua SMP aku memperoleh peringkat lima di kelas. Asal tahu saja, peringkat ujian tengah semester lebih parah, yaitu peringkat tiga belas dari empat puluh siswa selama dua kali ujian tengah semester.
Di kelas tiga SMP, pengalaman berartiku terjadi. Sebelumnya, tentu aku tidak mengetahui bahwa hal itu akan terjadi pada diriku. Di semester lima kelas tiga SMP, aku memperoleh peringkat empat dan nilaiku setiap mata pelajaran meningkat. Sebelumnya, ketika ujian tengah semester, aku mendapatkan hasil peringkat dua. Namun, ketika ujian tengah semester enam kelas tiga SMP, peringkatku turun menjadi peringkat delapan. Terdapat beberapa keanehan di situ, beberapa temanku yang sebelumnya selalu berada di bawahku, ketika semester enam kelas tiga SMP tersebut mendadak menjadi di atas peringkatku. Waktu itu, tentu aku sangat heran, ada pada yang terjadi? Aku juga sempat berprasangka buruk kepada mereka. Selain itu, aku juga mulai khawatir tentang bgagaimana nanti ketika Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN) yang menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa sekaligus nilai yang didapat sangat menentukan peluang diterimanya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri favorit atau tidak. Jika keadaanya seperti itu, aku akan tamat, pikirku. Sejak itu, aku selalu khawatir dan gelisah sehingga membuatku tidak konsentrasi belajar dan hasilnya aku menurun. Sebenarnya, aku sudah berusaha untuk tetap fokus dan konsentrasi namun aku tidak bisa. Semuanya sudah terlanjur menjadi beban.
Mimpi buruku terjadi. UAS tiba dan aku dapat melaluinya. Tetapi, tidak untuk satu hal ini, yaitu UAN. Terus terang, soal-soal UAN tahun itu tergolong pada soal yang standart sehingga siapapun yang mengerjakannya tidak akan kesulitan meskipun dia bukan juara asal belajar. Bodohnya aku, aku tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Aku tidak mengetahui penyebab tersebut, tetapi mungkin saja aku terlalu terbebani pikiran kekhawatiranku tersebut. Aku berpikir aku takut kalau nanti nilai sangat buruk dan di bawah standart. Mungkin juga aku memang tidak bisa mengerjakannya karena aku tidak boleh mencari kambing hitam atas kegagalanku.
Beberapa minggu kemudian, pengumuman nilai UAS dan UAN diumumkan. Dan, nilaiku di UAN (Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam – IPA, Ilmu Pengetahuan Sosial – IPS) buruk sekali, hanya sekitar dua puluh lima, atau lebih tepatnya adalah dua puluh lima koma enam puluh tujuh (25,67). Nilai itu sangat buruk karena aku berada pada peringkat seratus dua puluh (120) dari sekitar dua ratus siswa. Keadaan seperti itu tidak seperti biasanya yang biasanya aku selalu berada di atas rata-rata. Dan, ketakutan terjadi. Teman-temanku yang dulu sering di bawah nilaiku, waktu nilai mereka berada jauh di atas nilaiku dan bahwa beberapa dari mereka mendapatkan nilai sempurna di salah satu mata pelajaran. Jika nilaiku buruk, aku tidak bisa masuk di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N) favorit yang aku inginkan, yaitu SMA Negeri I Klaten. Kedua kakakku dulu sekolah di sana, karena itu aku ingin mengikuti jejak mereka.
Waktu mengetahui nilaiku sangat jelek, aku sangat bersedih sampai aku menangis dan merasa sakit hati terhadap teman-temanku. Terus terang, aku sangat iri hari dengan mereka. Mengapa mereka yang dulu selalu di bawahku dan sekarang tiba-tiba menjadi peringkat atas jauh di atasku? Aku sempat berprasangka buruk terhadap mereka, maafkan aku. Tetapi, yang tidak bia aku maafkan adalah merka membiarkanku sendirian ketika kau sedih dan menangis. Aku rasa, dulu aku selalu berada di antara mereka, aku membantu mreka di saat ulangan (ulanganku fisika pernah dicoret hanya karena kau ketahuan memberi tahu mereka jawaban dan mereka tidak dicoret padahal nilaiku waktu itu adalah sembilan!), menghibur mereka ketika nilai mereka jelek. Ternyata, itu semua tidak berarti bagi mereka. Dan waktu itu, ketika kau membutuhkan orang dan teman untuk sekdar menghibur, mereka tidak ada dan justru bersenang-senang atas hasil yang mereka raih, entah mereka tidak tahu atau tidak mau tahu. Yang jelas, keadaanku ketika sangat tidak bagus. Aku menangis lama sekali. Namun, ternyata ada dua orang temanku yang mengetahuinya dan merka menghiburku. Mereka adalah Nanik Novida dan Nanik Ismiyati. Ketika itu, aku benar-benar merasa sedih dan sepi dalam hatiku.
Selain itu, aku menjadi pesimis untuk dapat masuk dan diterima di SMA Negeri I Klaten karena nilaiku UAN jelek sekali. Berbeda ketika aku masuk SMP dulu yang tidak hanya berdasrkan nilai UAN tetapi juga berdasarkan nilai ujian masuk dan prestasi lomba, sehingga ketika aku masuk SMP Negeri I Delanggu, meskipun nilaiku UAN waktu SD jelek, aku masih dapat diterima di peringkat dua puluh satu dari sekitar empat ratus pendaftar.
Ya, aku berpikir sangat pesimis tetapi aku tetap mencoba mendaftarkan diriku ke SMA Negeri I Klaten untuk menuruti keinginan ibuku. Jurnal hari pertama, aku masih masuk dalam daftar siswa yang diterima, tetapi pada hari kedua, aku tergeser oleh pendaftar lain yang nilainya lebih baik dariku. Hasilnya, aku tidak diterima di SMA tersebut.
Usahaku sia-sia. Kemudian, aku mencoba untuk mendaftar di SMA Negeri I Karanganom yang juga masih cukup bagus dan konsisten dalam segala prestasi. Alhamdulillaah, aku diterima meskipun peringkatku diterima tergolong peringkat akhir. Sebenarnya, aku sangat kecewa dengan keadaan-keadaan seperti itu. Tetapi, Tuhan mempunyai rencana lain untukku di tempat lain. Di SMA Negeri I Karanganom, aku mendapatkan banyak hal. Beberapa di antaranya adalah aku menjadi pasukan empat lima (45) pada pasukan pembawa bendera tanah air (paskibrata) angkatan tahun 2005 pada Upacara Kemerdekaan republik Indonesia yang ke Enam Puluh (60), menjadi Pradana II Dewan Ambalan Diponegoro perode 2006 – 2007, menjabat sebagai Ketua Bidang Kajian dan Syiar Islam (salah satu bidang di SKI) periode 2006 – 2007, dan selalu konsisten dengan nilai pelajaran. Meskipun semua itu hal yang kecil, tetapi aku cukup senang sebagai pengobat lara dan kecewa. Mungkin itu semua, tidak akan bisa ku raih andai aku diterima di SMA Negeri I Klaten.
Selain itu semua, aku bertemu dengan seseorang yang bernama Robiah Uswatun Hasanah, yang selanjutnya aku cintai dan aku belum pernah mencintai seseorang seperti aku mencintai dia. Aku belum pernah bertemu dengan seorang wanita seindah dan seanggun dia. Tuhan punya rencana lain untukku dan itu aku dapatkan setelah aku gagal diterima di SMA Negeri I Klaten dan setelah aku diterima di SMA Negeri I Karanganom.
Kegagalan memang menyakitkan, menyedihkan, dan mengecewakan. Terlebih lagi bagi seseorang yang belum pernah merasakan kegagalan itu. Aku pernah mengalami hal yang aneh, yaitu terbayang oleh kegagalan masa lalu. Sebenarnya, kegagalan masa lalu dapat dijadikan motivasi untuk menjadi lebih semangat dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan serta sarana evaluasi diri. Tetapi, yang aku alami justru aku semakin takut dengan kegagalan itu, bagaimana jika nanti aku gagal lagi? Dan, ketika aku melihat kegagalan itu, aku seolah-olah tertarik ke masa kegagalan itu sehingga membuatku pesimis untuk meraih sukses dan juga takut akan kegagalan yang mungkin terjadi.
Dan, ada lagi satu virus yang membahayakan lagi dari kegagalan itu, yaitu virus menyalahkan pihak lain, entah pihak hidup seperti orang lain atau pihak mati seperti soal yang sulit, medan yang sulit, waktu yang tidak tepat, dan sebagainya. Mayoritas orang mencari kambing hitam atas kegagalan tersebut, dan akhirnya mereka hanya berkutat pada kegagalan tersebut, bukan malah maju berusaha lebih baik lagi. Selain itu, ada juga orang yang berandai-andai tentang masa lalunya. Seperti halnya, “Andaikan aku sedikit serius, aku pasti tidak akan gagal.” Semacam itu. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur, gagal sudah terjadi. Orang mengatakan itu biasanya sambil merasakan kekecewaannya karena itu adalah luapan kekecewaan dia. Seharusnya orang gagal harus segera berbenah, evaluasi, dan menyiapkan strategi baru untuk kembali bertarung demi keberhasilan dan cita-cita yang mulia.
Ada satu hal lagi tentang pengalaman kegagalanku itu. Bersekolah di SMA Negeri I Klaten adalah cita-citaku sejak aku masih kecil karena aku ingin meniru jejak kedua kakakku. Tetapi, ketika itu aku belum mengerti dan memahami sulitnya jalan yang dilewatunya. Dan, ketika kau gagal, aku sangat kecewa. Ketika, ada sebuah lagu yang berjudul “Boulevard of Broken Dreams” yang diciptakan dan dinyanyikan oleh sebuah band punk rock asal Kanada, yaitu Green Day. Mereka adalah band favoritku dan secara kebetulan lagu mereka itu seperti menggambarkan pengalaman gagal tersebut. Aku sendirian dan kesepian ketika aku butuh orang sebagai teman penghibur, yang hanya ada adalah bayanganku yang berjalan dengan kegagalanku, sambil berharap ada seorang penolong untukku.
Kegagalan bukan akhir dunia. Masih ada kesempatan lain dan akan ada kesempatan lain untuk terus berusaha lebih baik. Karena ada berbagai cara Tuhan memberikan dan menentukan. Pertama, Dia mengabulkan permintaan hamba-Nya dengan segera. Kedua, Dia mengabulkan permintaan hamba-Nya dengan ditukar sesuatu yang berbeda dari yang diminta oleh hamba-Nya. Ketiga, Dia mengabulkan permintaan hamba-Nya dengan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Keempat, Dia mengabulkan doa hamba-Nya dengan menunda pemberiannya kelak di akhirat dengan sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar