Rabu, 01 September 2010

SEPENGGAL KISAH KECIL YANG KEDELAPAN : Eksistensi Diri

Malam itu, sekitar pukul 24.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), aku dan teman-teman Dewan Ambalan kelas XII yang sebagai pembantu acara dikumpulkan oleh Ikebana dan DKR. Sebagai perwakilan dan koordinator adalah Kak Teguh yang waktu itu menjabat sebagai Ketua DKR, Kak Zainal Abidin, dan Kak Taufiq. Kami berkumpul di depan gerbang belakang sekolah (gedung timur SMA Negeri I Karanganom). Kami dikumpulkan untuk breefing dan dijelaskan mengenai mekanisme kerja nanti dan apa saja yang harus dilakukan serta permbagian kerja untuk membantu penitia Perkemahan Calon Penegak (Perpencap) yang berlangsung pada tanggal tujuh sampai delapan bulan Januari tahun 2008.
Beberapa menit kemudian, pembagian kerja selesai, ada yang menjadi penjaga pos, tim penjaring, dan penjaga pos bayangan. Aku menjadi penjaga pos dua yang letaknya kurang lebih satu kilometer dari pos utama yang terletak di gedung timur SMA Negeri I Karanganom. Aku bersama satu orang temanku Dewan Ambalan Kelas XII dan lima orang panitia Perpencap tahun 2008 (Dewan Ambalan kelas XI). Sekali lagi, aku hanya membantu dan mereka yang pegang kontrol atas acara tersebut. Aku dan teman-teman lain hanya memenuhi undangan panitia untuk membantu mereka secara senang dan suka rela.
Setelah mengetahui kerja masing-masing, aku dan teman-teman berangkat menuju tempat kerja masing-masing. Setelah beberapa menit berjalan, aku dan teman-teman yang berjaga di pos dua sampai di tempat tersebut. Ingin tahu bagaimana keadaan tempat pos dua? Tempat itu berada di tengah area persawahan yang cukup luas. Meskipun begitu, kami mendapatkan pemandangan malam yang sangat indah, bintang-bintang yang indah tidak tertutup awan mendung, malam yang cerah, cahaya lampu pedesaan di pegunungan juga terlihat sangat indah. Kami harus menunggu cukup lama sebelum sangga pertama dari pos pemberangkatan tiba di pos dua tersebut. Waktu itu, pemberangkatan dibagi menjadi dua jalur yang saling berlawanan arah untuk mempersingkat waktu karena Regu yang menjadi peserta Perpencap cukup banyak.
Regu (hasil acak beberapa orang dari beberapa sangga) yang mendapat nomor urut ganjil, harus belok ke arah kiri. Jadi, regu nomor ganjil ini akan sampai di pos terakhir dulu yang kemudian terakhir kali sampi di pos dua dan selanjutnya berakhir perjalanannya di pos pertama. Arus ini berlawanan dengan regu yang mendapatkan nomor genap, yang harus belok ke arah kanan untuk kemudian menempuh perjalanan dan harus singgah beberapa kali di pos pertama, kedua, dan sampai pos terakhir.
Aku, temanku, dan lima orang panitia itu menunggu cukup lama. Kami semua kedinginan karena tidak boleh memakai jaket. Tetapi, aku memikirkan sesuatu yang lain. Aku merasa cukup senang. Bangga terhadap mereka, panitia Perpencap tahun 2008. tahun sebelumnya, yaitu Pepencap tahun 2007, aku yang menjadi ketua panitianya. Sehingga aku yang paling tahu tentang kesalahan-kesalahan Pepencap itu. Cara kerja panitia Perpencap tahun 2008 tersebut cukup bagus, lebih bagus dari kinerja panitia angkatanku ketika kau menjadi ketua panitia. Aku bisa menilai seperti itu meskipun aku baru melihat kinerja mereka waktu H yang abru setengah kinerja karena waktu itu, acara belum selesai.
Sebelum kegiatan, aku berusaha untuk membimbing dan membantu mereka. Aku menjelaskan bagaimana mereka harus bekerja yaitu mereka harus bekerja dengan cepat, tepat, rapi, teratur, disiplin, dan bagus yang akhirnya nanti akan membawa mereka kepada sebuah keberhasilan pada event pertama mereka. Sebelum aku membimbing mereka, aku sempat berpikir mengapa aku repot-repot membantu mereka padahal mereka sudah menginjak dewasa dan bisa berpikir dan bekerja sendiri. Tetapi, dengan cepat, aku menghilangkan pikiran seperti itu. Sebelumnya, aku melakukan banyak kesalahan kekurangan pada Perpencap tahun 2007. Oleh karena itu, aku harus menebusnya. Tidak boleh ada kesalahan lagi untuk kedua kalinya, meskipun bukan lagi aku yang melakukan Perpencap itu. Aku harus menebus kesalahanku. Aku harus menutupi kesalahanku dengan membimbing mereka dari awal semampuku. Aku harus melakukannya dan aku harus bertanggung jawab.
Tengah malam itu, aku berpikir bahwa aku tidak percuma dalam membantu mereka. Aku juga tidak membuang tenaga dan waktu karena telah membantu mereka meskipun hanya semampuku dan sedikit mungkin. Aku cukup bangga dengan dituasi ketika itu. Namun, aku sadar. Aku tidak boleh berpikir seperti itu. Keberhasilan mereka adalah milik mereka, bukan milikku. Mereka berhasil karena kinerja mereka yang bagus, bukan karena bimbinganku. Mereka bekerja dengan mandiri, teratur, disiplin, dan rapi. Tetapi, jika ada kekurangan dalam kerja mereka, itu berarti aku juga salah karena aku membantu mereka. Karena aku di belakang layar untuk membimbing mereka.
Dan, benar saja. Meskipun secara keseluruhan aku menilai mereka cukup bagus dan malam itu aku juga mendengar Kak Taufiq memberikan pujian kepada mereka, aku mendengar penilaian teman-teman Dewan Ambalan kelas XII bahwa mereka kurang baik dalam menjalankan tugas panitia Perpencap. Iya, bagiku tiada yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Kalau ada kelebihan, pasti juga ada kekurangan. Mereka menganggap adanya ketidaksopanan panitia kepada kami selaku kakak mereka yang diundang sebagai tamu undangan dan dimintai pertolongan. Itu hanya salah satu kekurangan dari mereka.
Memang, aku juga merasakan adanya suasana seperti yang dikatakan oleh teman-teman, yaitu suaasana yang kurang hangat dari panitia. Mungkin hal tersebut adalah kesalahanku karena aku terlalu dekat dengan mereka ketika aku mencoba berbagi pengalaman dengan mereka. Hal itu membuat mereka menganggap aku dan teman-teman seangkatanku yang seharusnya sebagai kakak mereka hanya sebagai teman dan bukan sebagai kakak.
Kekurangan tersebut ditandai dengan banyaknya peraturan yang terlalu mengikat untuk Ikebana dan Dewan Kerja Ranting. Bagiku, sebenarnya hal itu cukup bagus karena mereka berani membuat peraturan yang cukup ketat dan mengikat untuk kakak-kakak mereka. Tetapi, di sisi lain, mereka seperti tidak melihat siapa yang mereka atur sehingga peraturan itu bisa diakatakan sangat mengekang dan seperti menganggap kami seperti anak kecil yang belum mengetahui peraturan, padahal kami sudah cukup dewasa dan mengetahui hal yang baik dan yang buruk, yang sopan dan yang tidak sopan, yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan. Kami juga mengetahui bahwa di tempat itu, kami harus menjadi contoh dan teladan yang baik untuk mereka dan peserta.
Selain itu, masih ada sedikit kesalahan kecil yang mereka lakukan dan kesalahan itu sama dengan yang aku dan teman-teman lakukan di tahun sebelumnya. Padahal, sebelum mereka menjalankan acara Perpencap, aku sudah memberitahukan hal itu dengan harapan kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi. Aku menjadi tahu menagapa DKR dan Ikebana serba tahu tentang kegiatan karena mereka sudah pernah mengalaminya berulang kali. Mereka menganalisis kesalahan yang sering terjadi dan memberitahukan kepada adik-adik kelas mereka. Mereka hebat dan keren, bagiku. Aku melihat hal lain yang tidak aku sukai tetapi bukan dari diri mereka. Ini dari orang lain yang juga serba tahu. Karena dia sudah sangat berepengalaman dan serba tahu, dia menjadi menekan kepada penerusnya. Dia sudah memberitahukan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi. Tetapi, ketika penerusnya melakukan kesalahan itu, dia justru menekan dan seperti mengejek. Itulah yang tidak aku sukai.
Kembali ke Perpencap. Selama kurang lebih empat jam, samapai pukul 05.00 WIB, aku dan teman-teman bertugas di pos itu. Setelah selesai bekerja, kami kembali ke gedung timur SMA Negeri I Karanganom untuk melanjutkan acara yang lain. Semuanya terlihat sangat capek dan memang sangat melelahkan karena semalaman tidak tidur. Dari situ, aku juga mendapatkan pelajaran yang cukup berharga. Dalam sebuah kegiatan, semua akan capek karena semua telah bekerja sesuai dengan deskripsi kerja mereka masing-masing dan jangan sampai memperlihatkan kesusahan dan kelelahan kita karena semua juga lelah. Aku memilih untuk langsung pulang karena perutku sakit juga.
Selang dua hari, aku mendapatkan SMS dari Steering Comitee, Ambar Kusumawati, yang menjabat sebagai Pradani I. isinya ucapan terima kasih dari panitia kepada kakak Dewan Ambalan kelas XII, Ikebana, dan DKR serta meminta maaf jika mereka melakukan kesalahan dan kekurangan dalam kegiatan Perpencap itu. Aku membalas SMS dia dengan ucapan selamat karena kerja mereka cukup bagus dan meningkat. Aku berharap sekali, mereka (dan juga penerus mereka dan kami) akan lebih meningkatkan kerja mereka lagi dan semoga mereka selalu tidak puas dengan kinerja yang mereka lakukan agar mereka selalu berbuat lebih baik dan memperbaiki kesalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar